Saturday, April 28, 2007

Nyium Bari Ngégél


Pernahkah anda mendengar peribahasa yang berbunyi ‘mencium sambil menggigit’? aslinya peribahasa ini memang tidak persis berbunyi seperti itu karena saya mengambilnya dari peribahasa sunda ‘nyium bari ngégél’. Peribahasa tersebut memiliki makna yang sepadan dengan ‘ngusap bari nyiwit,’ atau ‘mengelus sambil mencubit’, nah mungkin anda mulai paham dengan makna kedua peribahasa tersebut. Yang jelas ‘nyium bari ngégél’ bukanlah istilah untuk sebuah gaya berciuman seperti layaknya ‘French Kiss’ meskipun jika benar-benar dilakukan mungkin tidak kalah hot-nya.
‘Nyium bari ngégél’ (NBN) adalah peribahasa yang dialamatkan kepada kegiatan bermanis kata dan muka (termasuk manis bibir karena bibir memang bagian dari muka) dengan maksud sebenarnya untuk membuat celaka si lawan bicara. Sementara NBN jika diterapkan secara harfiah adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan penuh hasrat yang ujung-ujungnya malah bisa menyebabkan bibir atau gusi sariawan. Bukan, bukan saya bermaksud membicarakan hal yang tidak-tidak (bukan cuma itu maksud saya). Saya hanya mencoba menggambarkan efek dari NBN yang secara denotatif bisa mengakibatkan sariawan dan secara konotatif bisa mengakibatkan kerusakan yang lebih parah dari sekedar sariawan gusi, mulut, lidah, atau mungkin juga kelamin (loh ko bisa ke situ?).
Dalam istilah lain yang mungkin lebih familiar, NBN kita kenal dengan istilah manipulatif. Menurut definisi yang saya dapatkan dari sebuah kamus di internet, adjektifa manipulatif bermakna ‘kemampuan menyuruh atau mempengaruhi orang lain dengan lihai, biasanya dengan cara yang tidak jujur’. Agak lebih umum dari makna NBN memang, namun mungkin bisa saya simpulkan bahwa NBN adalah salah satu teknik dari sifat manipulatif.
Praktek ‘nyium bari ngégél’ sangat sering kita lihat dipertunjukkan di depan publik dengan tanpa malu oleh pelakunya. Di musim kampanye contohnya, baik di panggung-panggung orasi, radio, koran, maupun televisi, para politisi ‘nyium bari ngégél’ dengan tujuan menjatuhkan lawan politiknya. Para penjahat yang bermodus operandi investasi yang bisa berlipat dalam waktu cepat misalnya, tak peduli korbannya rakyat biasa atau anggota dewan yang katanya intelek, juga menggunakan taktik ‘nyium bari ngégél’ ini. Oknum potensial ‘nyium bari ngégél’ lainnya adalah orang-orang di tempat anda bekerja! Dengan atmosfer kompetisi yang tinggi, tempat kerja bisa menjadi lahan subur praktek ‘nyium bari ngégél’. Bisa saja ‘nyium bari ngégél’ dilakukan oleh rekan kerja anda yang tidak senang dengan posisi anda atau yang menganggap anda saingan yang perlu disingkirkan.
Jika anda pernah mengikuti mata kuliah Translation di jurusan PBI UIN Jakarta, mungkin anda masih ingat dongeng ‘wajib’ tentang Mrs. Crow and Mr. Wolf. Diceritakan bahwa dengan teknik ‘nyium bari ngégél’ sang serigala mengelabui sang gagak dengan maksud mengambil sekerat daging di mulut si korban. Atau bagi anda yang suka dengan film horor klasik bertemakan hantu bule drakula pasti sering melihat praktek ‘nyium bari ngégél’ ini dengan artian sebenarnya. ‘Nyium bari ngégél’ memang sejatinya bukanlah perilaku manusiawi melainkan bisa dikategorikan hewani dan atau drakulawi (?).

No comments: